Saturday 31 July 2010

Kemuliaan Itu Milik-NYA

Di suatu majlis Rasulullah saw berkumpul bersama para sahabat senior. Ditengah-tengah mereka duduk seorang sahabat junior, Ibnu Abbas.

Posisi duduk para sahabat, tepat di samping kanan Rasulullah saw adalah Ibnu Abbas. Sedangkan di sisi kiri beliau saw para sahabat senior.

Hawa yang panas membuat kerongkongan menjadi dahaga.

Sebagai pemimpin majlis Nabi saw yang mengatur pembagian air minum. Dan kebiasaan nabi Muhammad saw memberikan giliran minum dari sebelah kanan.

Rasulullah saw melihat di sebelah kanannya adalah seorang pemuda yang berusia belasan tahun, Ibnu Abbas.

Apakah engkau mengizinkan aku memberi mereka (sahabat senior) meminum air terlebih dahulu.” Rasulullah bertanya kepada pemuda belasan tahun itu.

Aku tidak akan memberikan giliranku kepada orang lain.” Pemuda itu berkata tegas namun sopan.

Nabi Muhammad saw pun memberikan cawan air kepada pemuda itu.

(Bukhori : 5620, Muslim : 5260)

#######

Sahabat-sahabat yang mulia.

Kisah ini memberi makna bahwa kehormatan maupun kemuliaan seseorang tidak memandang jabatan, status, gelar, kedudukan, senioritas, atau usia. Tapi kemuliaan itu didapat dari keimanan seseorang kepada ALLAH dan Hari Akhir, serta menghargai hak orang lain.

Nabi Muhammad saw mencontohkan, siapa pun yang mendapatkan hak, maka hak itu harus ditunaikan tanpa memandang usia. Beliau mengajarkan umatnya agar menjadi pribadi mulia dengan memuliakan orang lain. Karena pada dasarnya pribadi Muslim itu mulia, mulia dirinya sendiri, mulia agamanya, serta mulia ajaran al-Qurannya.

Sahabat-sahabat yang mulia.

Tinggalkanlah perbuatan dosa dari hidup Anda. Jangan dikarenakan demi uang berani mengorbankan kehormatan bergelimang dosa. Tapi beranilah menahan pedihnya kelaparan daripada pedihnya kehinaan.

Sumber kehinaan itu ada tiga macam. Pertama; mengikuti setan. Baik setan dari golongan jin atau manusia. Setan adalah musuh nyata yang memproklamirkan diri untuk menyesatkan manusia dan mengajak mereka ke neraka.

Hal pertama untuk menjadikan Anda terhina di dunia atau akhirat diperbudak setan. Setan membisiki; Jangan solat sekarang. Nanti saja karena waktu masih panjang. Istirahat dahulu. Masih capek ah. Berkaitan hal ibadah, setan membisiki dengan kata-kata; nanti, entar, masih lama, besok, atau santai.

Minum khomer ini. Nyabu dong, ngga gaul loe. Coba sekali saja seumur hidup. Begitu bisikan setan. Akhirnya mencoba yang haram sekali. Namun menjadi kecanduan. Dalam hal maksiat setan mengajak; lakukan sekarang, sekali doang, ngga gentle loe, dsj.

Kedua; mengikuti hawa nafsu. Melakukan maksiat baik kecil ataupun besar bersumber dari hawa nafsu. Mengerjakan sesuatu yang mubah secara berlebihan. Mengumpulkan harta disimpan dalam nomer rekening bank tanpa menggunakan untuk hal produktif serta tak mengeluarkan zakat harta. Mungkin hartanya itu sebagai penyambung hidup orang kelaparan dan fakir-miskin. Atau mungkin juga sebagai pelengkap dana penuntut ilmu.

Hawa nafsu itu bagai kuda. Kuda jika dibiarkan ia menjadi liar tak terkendali. Namun jika terkontrol ia menjadi jinak terkendali. Penunggang kuda pun leluasa menunggangnya kemana saja. Begitu juga nafsu, jika Anda menurutinya ia akan menjadi liar tak terkendali untuk melakukan maksiat. Tetapi jika Anda mampu mengontrol, hawa nafsu itu jinak untuk beribadah.

Ketiga; hilang rasa percaya kepada ALLAH swt. Hilangnya kepercayaan ini dari hati dan jiwa Anda maka melahirkan pikiran negatif, su’udzon, sering mengeluh, tidak tenang, emosional, hidup dirundung cemas, memaksakan kehendak, dll.

Bagaimana menjadi pribadi mulia disisi ALLAH swt?

Yang utama adalah Anda kembali ke dalam naungan dan dekapan ALLAH swt. Dengan cara mempelajari, merenungi, serta mengamalkan pesan-pesan al-Quran dan menghias diri dengan akhlak Nabi Muhammad saw.

Dan membiasakan diri selalu berpikir positif kepada ALLAH swt apa dan dimanapun. Meyakini segala keputusan ALLAH swt adalah yang terbaik, karena DIA Yang Maha Mengetahui di sebalik tabir.

Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi ALLAH-lah kemuliaan itu semuanya.” (Faathir : 10)

No comments:

Post a Comment